Malam tahun baru Jawa 1 Sura atau tahun baru Islam 1 Muharam bagi
sebagian masyarakat Jawa diisi dengan melakukan ritual "tapa bisu mubeng
beteng" Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Tradisi Mubeng Benteng ini merupakan perjalanan mengelilingi Benteng
Kraton. Abdi dalem Kraton dan masyarakat umum berjalan kaki mulai pukul
00.00 WIB pada malam 1 Suro dari Keben-Jalan Retowijayan-Jalan
Kuaman-Jalan Agus Salim-Jalan Wahid Hasyim sampai Pojok Benteng Wetan. Dari Pojok Benteng Kulon terus menuju Jalan MT Haryono sampai Pojok
Benteng Wetan-Jalan Brigjen Katamso-Jalan Ibu Ruswo-Alun Alun Utara.
Selama perjalanan tidak diperkenankan untuk berbicara. Lampu penerangan
di rute yang dilalui pun dipadamkan, hanya ada beberapa penerang obor.
Perjalanan ini lebih kurang sepanjang empat kilometer.
Sebelum peserta Mubeng Benteng
dilepas oleh sejumlah pengageng Kraton, terlebih dahulu diawali kenduri,
macopat, dan doa bersama di halaman Keben. Ritual berjalan keliling benteng tanpa berbicara yang dilakukan ribuan
warga Yogyakarta dan sekitarnya, Jumat dini hari, merupakan momentum
untuk perenungan diri atau refleksi terhadap hidup dan kehidupannya
dengan melakukan tirakat atau "lelaku".
Tirakat yang dilakukan dengan hening itu sebagai bentuk refleksi manusia atas eksistensi dirinya. Eksistensi diri manusia yang mengada karena adanya Sang Pencipta. "Melalui perenungan diri dengan tirakat atau lelaku, masyarakat dapat melakukan evaluasi dan introspeksi diri, serta sadar bahwa manusia ada yang menghidupkan, yakni Tuhan.
Tirakat yang dilakukan dengan hening itu sebagai bentuk refleksi manusia atas eksistensi dirinya. Eksistensi diri manusia yang mengada karena adanya Sang Pencipta. "Melalui perenungan diri dengan tirakat atau lelaku, masyarakat dapat melakukan evaluasi dan introspeksi diri, serta sadar bahwa manusia ada yang menghidupkan, yakni Tuhan.
Tirakat atau lelaku mengelilingi benteng keraton dalam keheningan total
itu merupakan simbol keprihatinan sekaligus kesiapan masyarakat untuk
menghadapi tahun yang akan datang. Dengan sikap prihatin diharapkan masyarakat dapat mawas diri dan tidak
berpuas diri terhadap segala sesuatu yang telah diraih pada tahun-tahun
sebelumnya. "Perilaku atau perbuatan yang dinilai negatif di masa lalu berusaha
ditinggalkan, sedangkan perilaku atau perbuatan yang positif akan
dipertahankan bahkan ditingkatkan, dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan
dengan meningkatkan amal ibadah,.